Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pencegahan Terjadinya Bendungan ASI (Mastitis)
- On Desember 18, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita mastitis. The American society memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita mastitis. The American society memperkirakan 241.240. wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis sedangkan di kanada jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di Australia sebanyak 14.791 orang
Millenium Development Goals (MDGS) adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk Indonesia yang mulai dijalankan pada September tahun 2000. Adapun program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan Angka kematian ibu guna mencapai target MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan Angka kematian ibu yaitu, target MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi.
Angka kematian ibu di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia misalnya Thailand dengan Angka kematian ibu 130/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Data Survey Demografi Kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat angka kematian ibu diIndonesia mencapai 228 per 100.000 KH.
Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI,2008). Menurut hasil laporan Dinas Kesehatan tahun 2011, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu 2010-2011 yaitu ada 8725 orang dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang (Depkes RI,2008).
Angka kematian ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak adalah Kota Bandar Lampung dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan perdarahan, Rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%), eklampsi 33%, infeksi payudara 2%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain 42% (Dinkes Lampung, 2012).
Banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu bersama dengan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Mengacu Angka kematian ibu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas jumlah kematian ibu maternal dikabupaten labuhanbatu mengalami turun naik pada tahun 2009-2013. Jumlah kematian ibu tahun 2012 sebesar 33 kasus kematian menurun tahun 2013 menjadi 16 kematian ibu maternal. Jumlah kematian ibu maternal dan jumlah kelahiran hidup per kab/kota dilabuhanbatu tahun 2011 cakupan pelayanan nifas 82,79% meningkat menjadi 86,14% tetapi padatahun 2013 terjadi penurunan sekitar 1,67% menjadi 84,47% hal ini perlu mendapat perhatian dari pengelola program untuk meningkatkan cakupan layanan (Dinkes labuhanbatu).
Selama 24 hingga 49 jam pertama setelah persalinan sekresi lakteral, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked breasi” sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. (suherni,2008)
Tiga hari pasca-persalinan payudara sering terasa penuh,tegang dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda air susu ibu mulai banyak diproduksi jika karena sakit ibu malah berhenti menyusui,kondisi ini akan semakin parah ditandai dengan mengkilatnya payudara dan ibu mengalami demam.(Rizki Natia wiji,2013)
Untuk menghindari dan mengatasi payudara bengkak,berikan ASI pada bayi segera setelah lahir dengan posisi yang benar dan tanpa jadwal. Jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi,keluarkan ASI dengan jalan diperah. Jangan berikan minuman lain kepada bayi dan lakukan perawatan payudara pasca persalinan seperti pemijatan.(Rizki Natia wiji,2013)
Ada sejumlah factor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko mastitis yaitu teknik menyusui yang buruk mengakibatkan pengeluaran ASI (mastitis) yang tidak efisien, pekerjaan diluar rumah yang menyebabkan interval menyusui yang panjang sehingga kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat dan trauma pada payudara karena penyebab apapun yang dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu sehingga dapat menyebabkan mastitis.(kompas 2008)
Dari survey awal bulan Januari tahun 2015 diklinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb kecamatan Rantau utara kabupaten Labuhanbatu data yang saya peroleh sebanyak 35 orang ibu hamil dari TM I,TM ll dan TM III. Hasil wawancara pada ibu bidan bahwa diantara ibu nifas yang berjumlah 5 orang diantaranya ada yang terkena bendungan ASI berjumlah 3 orang ibu nifas dan yang tidak terkena 2 orang. Dari hasil wawancara pada 8 orang ibu hamil yang mengetahui tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) sebanyak 3 orang ibu hamil, sedangkan yang tidak mengetahui 5 orang ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang bendungan ASI (mastitis) terutama dalam teknik menyusui yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di Klinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb. Kecamatan Rantau selatan kabupaten labuhan batu tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan tentang pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis).
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di klinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) berdasarkan umur di klinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb rantauprapat tahun 2015.
2.Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya ASI (mastitis) ibu berdasarkan pendidikan di klinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb rantauprapat tahun 2015.
3.Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) berdasarkan pekerjaan di klinik bersalin Chairani Harahap Am.Keb rantauprapat tahun 2015.
4.Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) berdasarkan gravida di klinik bersalin Chairani Harahap Am.keb rantauprapat tahun 2015.
5.Untuk mengetahui Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) berdasarkan sumber informasi di klinik bersalin Chairani Harahap Am.keb rantauprapat tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal melakukan suatu penelitian khususnya dalam masalah Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di klinik bersalin Chairani Harahap Am.keb.
1.4.2 Praktis
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang selanjutnya tentang pencegahan terjadiya bendungan ASI (mastitis) dan dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Akbid ikabina Labuhanbatu.
2. Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi ibu hamil untuk meningkatkan pemahaman tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis).
3. Bagi petugas kesehatan
Masukan bagi petugas kesehatan ditempat penelitian untuk dapat meningkatkan palayanan kepada ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di klinik bersalin Chairani Harahap Am.keb.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan (Know ledge)
2.1.1 pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2010)
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan menurut (Notoatmodjo,2010) yang mencakup dalam 6 (enam) tingkat yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya. Oleh sebab itu,tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menguraikan,mendefinisikan dan meyatakan salah satu contoh untuk mendapatkan jawaban dari pengetahuan ibu hamil tentang bendungan ASI (mastitis).
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Contoh: meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Applicastion)
Aplikasi diartkan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riel (sebenarnya). Aplikasi diatas penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistematis suatu kemampuan untuk menyusun formulasi –formulasi yang ada.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau objek penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang telah ideal.
2.1.3 Teori tentang ibu hamil
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sudah menikah maupun yang belum menikah yang melakukan persenggamaan mengandung dan menyatakan hamil (Kusmiati,2009)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari /40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Dihitung dari pertama haid terakhir kehamilan dibagi: 3 bulan triwulan ke 2 dari bulan ke 4 dan 6 bulan, triwulan ke 3 dari bulan ke 7 sampai ke 9 bulan (Sarwono,2011)
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari serta pribadi social didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dan normal dan menghasilkan kelahiran bayi setiap cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan sulit diketahui sebelumnya (Sarwono,2011)
Kehamilan adalah saat yang menyenangkan dan dinanti oleh ibu dan keluarga. Semua lancar dan normal. (Saminem,2009)
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil
1. Umur
Usia memepengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Rahmawati, 2008).
Umur adalah lamanya hidup dalam hitungan waktu yang dihitung dari sejak dilahirkan hingga saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh andanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Semakin bertambah keinginan dan pengetahuan tentang kesehatan.
( Notoatmojdo,2003)
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk memenuhi informasi. Ada beberapa jenjang pendidikan yang ditempuh oleh ibu, yaitu dikelompokan menjadi pendidikan rendah bila lulus SD, SMP dan sederajat, pendidikan menengah bila lulus SMA dan sederajat, dan bila pendidikan tinggi (Notoadmojo,2010).
3.Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo (2007), pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam menjalani kehidupannya, seseorang yang bekerja diluar rumah cenderung memliki akses baik terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada dirumah. Dengan demikian akan menambah pengetahuan seseorang dalam memperoleh informasi.
4. Gravida
Menurut Atikah (2011) Gravida adalah jumlah kehamilan yang dialami ibu. Jumlah kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak karena ibu yang sering hamil lebih mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan dan penyakit selama kehamilan maka akan lebih baik pengetahuan.
Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas 4 bagian yaitu:
a.Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
b secundigravida adalah wanita yang hamil untuk kedua kalinya.
c.multigravida adalah wanita yang hamil untuk ketiga kalinya.
d.Grandmultigravida adalah wanita yang hamil untuk kelima kalinya
5. Sumber informasi
Adanya informasi diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan prilaku dalam individu kelompok sasaran yang berdasarkan dan kemauan individu yang diharapkan. Berdasrkan teori yang peneliti temukan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan perkembangan dan pengetahuan.(Notoadmodjo,2010)
Sumber informasi adalah media yang digunakan responden untuk mendapatkan pengetahuan. Sumber informasi dapat berasal dari media cetak seperti surat kabar, majalah, buku, pamphlet, media elecktronik seperti televisi, radio, internet, tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, dan lain –lain (Arikunto 2006).
Kategori : a. ada skala ukur : Nominal
b. tidak ada Alat ukur : Kuesioner
2.2 Defenisi Kehamilan
Masa kehamilan yaitu permulaan kehamilan terjadi peningkatkan yang jelas dari duktulus yang baru,percabangan-percabangan dan lobules,yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Homon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalahprolaktin, laktogenplasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormone tiroid, hormone paratiroid, hormone pertemuan.
Kehamilan adalah Proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi),masa pembentukan bayi dalam rahim dan diakhiri lahirnya seorang bayi (Datta,2007)
Kehamilan adalah saat yang menyenangkan dan dinanti oleh ibu dan keluarga semua lancar dan normal.(Saminem 2009)
Seseorang ibu belum tentu dikatakan hamil apabila hanya memiliki tanda-tanda seperti terlambat haid, mual-muntah, perut dan payudara membesar karena dikatakan hamil apabila sudah terdengar denyut jantung janin serta terlihatnya tulang janin melalui ultasonografi (USG) dalam foto roentgen. (Mitra riset,2009)
2.3 Defenisi Bendungan ASI (Mastitis)
2.3.1 Defenisi
ASI adalah makanan yang terbaik untuk membantu bayi tumbuh dengan sehat dan kuat. ASI melindungi bayi terhadap penyakit dan infeksi seperti diabetes, kanker dan diare. Kekebalan ibu terhadap penyakit ini akan diteruskan kepada bayinya melalui ASI. (Dr.soetjiningsih,2012)
Kadang-kadang ada minggu pertama setelah melahirkan payudara ibu terasa bengkak karena adanya sumbatan pada salura ASI. Bila hal ini dibiarkan lama-lama akan menjadi infeksi dan menyebabkan peradangan payudara yang disebut dengan mastitis.( Arief 2008)
Bendungan ASI (mastitis) adalah sumbatan pada saluran ASI yang lama-lama akan menjadi infeksi dan menyebabkan peradangan payudara, penyebab ini belum pasti diketahui namun biasanya dari bakteri, umumnya terjadi pada minggu 2-7 setelah persalinan.(Jilbab 2007)
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi,sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses payudara,pengumpulan nanah local didalam payudara,merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keaadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat. (Lia yulianti 2011)
Bendungan air susu selama 24-28 jam pertama sesudah terlihat sekresi laktael yaitu payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan ASI atau “caket breasi” sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.(Suherni s,2008)
Mastitis puerperalis atau disebut lactational mastitis,jenis ini banyak diidap wanita menyusui. Menurut Dr.Samuel,sekitar 90% penyebab utama mastitis ini ialah akibatnya kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal dikarenakan air susu merupakan media yang subur bagi pengembang biarkan berbagai jenis kuman.(Sarwono,2007)
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu,tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Payudara yang bengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.(Aiyeyeh rukiyah,2011)
2.3.2 Penyebab bendungan ASI (mastitis)
Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Organisme penyebab infeksi adalah Staphylococcus Aureus. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI didalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi bila terjadi,bukan primer,tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.(Lia yulianti,2011)
Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus menyusui,mastitis non infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasa ASI setelah menyusui dan mastitis infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotic sistemi.Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa,dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses.(Sally 1,Severin V.X,2003)
2.3.3 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala mastitis antara lain:
1.Payudara yang terbendung membesar,membengkak,keras dan sangat nyeri
2. Payudara dapat terlihat merah,mengkilat dan putting teregang menjadi rata
3. Asi tidak mengalir dengan mudah,dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap asi sampai pembengkakan berkurang
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu,dengan gejala demam,rasa dingin dan tubuh terasa pegal
2.3.4 Pencegahan
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah, bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah agar tidak terjadi sumbatan pada payudara dan bila tanda dini seperti bendungan,sumbatan saluran payudara dan nyeri putting susu diobati dengan baik. Ibu atau siapa saja yang merawat mereka perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang efektik,pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan kesehatan payudara.
Ada beberapa praktek yang harus dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya statis ASI dan bendungan ASI(mastitis), antara lain :
1. Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya,dan mulai menyusui segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan,biasanya dalam jam pertama atau lebih.
2. Bayi harus diruangan yang sama dengan ibunya,atau didekatkan pada kamar yang sama.
3. Semua itu harus mendapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam teknik menyusui,baik sudah maupun belum pernah menyusui sebelumnya,untuk menjamin kenyutan yang baik pada payudara, pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI yang efisien
4. Setiap ibu harus didorong untuk menyusui kapan saja bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusui, seperti membuka mulut dan mencari payudara.
5. Setiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif.
6. Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk mempertahankan laktasi bila bayinya terlalu kecil atau lemah untuk menghisap dengan efektif.
7. Bila ibu dirawat dirumah sakit,ia memerlukan bantuan yang terlatih saat menyusui pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat menyusui berikutnya.
8. Bila ibu berada dirumah,ibu memerlukan bantuan yang terlatih selama hari pertama setelah persalinan, beberapa waktu selama dua minggu pertama,dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan sampai ibu menyusui dengan efektif dan percaya diri.
Pertama, dan selanuya seprti yang butuhkan sampai ibu menyusui dengan efektif dan percaya diri.
Ada beberapa hal yang harus dihindari karena dapat mengganggu membatasi atau mengurangi jumlah hisapan dalam proses menyusui dan juga meningkatkan resiko statis ASI antara lain :
1. Penggunaan dot
2. Pemberian makanan dan minuman lain pada bulan-bulan pertama terutama dari botol susu
3. Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk menghisap payudara yang lain
4 Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
5. Kelelapan menyusui,termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam
6. Trauma pada payudara,karena kekerasan atau penyebab lain
Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi darinya,tetapi bila tidak dihindarkan,ibu dapat mencegah bendungan ASI (mastitis) bila ia melakukan perawatan ekstra pada payudara.
Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusui pada ibunya dalam satu jam kedepannya,karena sentuhan bayi melalui refleks hisapannya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memperoduksi hormone prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi .(RIZKI natalia wiji,2013)
Selama masa menyusui,ada kalanya timbul masalah yang dialami seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui. Pembahasan dalam buku ini mengutamakan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasinya sehingga ibu dapat memberikan ASI secara optimal dan bayi dapat tumbuh kembang dengan normal.
2.3.5 penanganan
Penanganan yang dilakukan untuk penderita bendungan ASI
(Mastitis) antara lain :
1. Beristirahat ditempat tidur bila mungkin.
2. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
3. Mengompres panas pada payudara yang terkena,berendam air hangat atau pancuran hangat.
4. Memijat dengan lembut daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
Pemberian antibiotikdan analgesic:
1. Amoxicillin 250-500 mg setiap 12 jam
2. Paracetamol 500 mg setiap 8 jam.
2.3.6 Cara menyusui yang baik
cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Oleh karena itu,usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik. Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai.
1. Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui baik dalam posisi duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring
2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tanganibu sehingga menopang bokong bayi seperti tahap berikut ini:
· Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu garis lurus.selanjutnya letakkan menghadap payudara sehingga dagu bayi menyentuh payudara.
· Sangga bawah/dasar payudara dengan jari-jari,jangan terlalu dekat pada putting susu,melainkan diluar areola dan tidak menjepit putting susu dengan dua jari.
· Bayi akan meraih payudara jika lapar.rangsangan mulut bayi pada bagian areola sehingga timbul refleks bayiuntuk mencari putting. Mulut akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya segera lekatkan sehingga lidah mencekap putting dan areola payudara.
· Pipi bayi akan melihatan bulat karena sebagian besar areola berada dalam mulut bayi dan areola yang tersisa adadi atas mulut bayi.
· Terlihat isapan yang lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur.
· Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.
· Jika ASI keluar tampak menetes,susukan bayi selama 10-15 menit atau sesuai kebutuhan pada satu payudara sampai terasa kosong (lunak). Selanjutnya,pindahkan pada bagian payudara lain dan susukan selama 10-15 menit.
Posisikan bayi pada payudara sangat penting. Pengisapan yang buruk dapat menyebabkan masalah.
· Putting susu menjadi luka dan sakit
· Air susu tidak mencukupi
· Bayi menolak untuk menyusu
Berikut ini tanda-tanda bayi menyusu dalam posisi yang baik.
· Seluruh badan bayi menghadap ibu
· Bayi menghisap lama dan dalam
· Bayi santai dan bahagia
· Putting susu tidak terasa sakit
Ketika menyusui,bebaskan lubang hidung bayi dan usahakan tidak tertekan oleh payudara agar pernapasannya tidak terganggu. Bayi yang cukup tenang perlu diberikan rangsangan menoleh (rooting refleks) dengan cara menyentuh halus pada mulut bibir. Dengan demikian,mulut bayi akan terbuka lebar sehingga sebagian besar areola masuk dalam mulut bayi termasuk putting susu.
Dengan posisi menyusui yang baik,bayi akan tampak menghisap dengan kuat dan terdengar suara menelan. Usahakan bayi menyusui pada kedua payudara secara bergantian agar besar payudara tidak berbeda. Sebaiknya,lamanya menyusui pada bayi disesuaikan dengan kebutuhan,tidak perlu dibatasi atau dijadwalkan waktunya.
Apabila bayi telah kenyang dan ibu ingin mengakhiri pemberian asi,letakkan jari telunjuk pada sudut mulut bayi dan tekan pelan-pelan sampai mulutnya terlepas dari putting susu. Putting susu ibu tidak akan terasa sakit karena tidak tertarik oleh isapan kuat bayi. Selanjutnya bersihkan dengan kapas kering.
Setelah menyusu bayi tampak tenang dan puas,bahkan umumnya bayi akan tertidur dengan nyenyak. Bersihkan bayi dari sisa Asi dan mulut dan sekitarnya dengan kapas basah dan hangat agar tidak terkena alergi pada kulit mukanya.
Sendawakan bayi agar udara yang terisap saat menyusui dapat dikeluarkan sehingga perutnya tidak kembung. Caranya dengan meletakkan bayi tegak lurus pada bahu dan tangan ibu menopang kepala bayi. Selain itu,dapat pula dengan meletakkan bayi pada pangkuan ibu. Selanjutnya, usap/tepuk perlahan-lahan bayi pada bagian belakangnya sampai bersendawa jika bayi sudah tidur, berbaring miring kekanan atau tengkurap sehingga udara dari dalam perut akan keluar dengan sendirinya.
2.3.6.1 Beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari berbagai masalah.
1. periksakan sedini mungkin seandainya ada keluhan berkaitan dengan kondisi payudara.
2. Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH yang tepat. Lakukan latihan otot-otot tubuh yang berfungsi menopang serta memperhatikan kebersihan payudara,khususnya daerah putting dan areola.
3. Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar asi bermutu baik.
4. Hindari merokok dan jauhi asap rokok. Tidak minum-minuman beralkohol serta kurangi minum kopi,teh,dan minuman yang mengandung soda. Minum-minuman tersebut dapat mengurangi kemampuan usus dalam menyerap beberapa zat gizi,seperti kalsium dan zat besi.
5. Perhatikan agar obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya atas sepengetahuan dokter karena obat-obatan tersebut juga akan terdapat dalam ASI.
2.3.6.2 Berikut hal-hal penting yang harus diperhatikan ibu saat menyusui.
1. Siapkan mental dan fisik setiap akan menyusui.ibu harus menyusui bayinya dalam keadaan tenang. Minumlah segelas air sebelum menyusui.
2. Sediakan tempat dan peralatan yang dibutuhkan,seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan serta bantal untuk menopang tangan yang menggedong bayi.
3. Sebelum menggedong bayi untuk menyusui,cucu tangan sampai bersih. Sebelum menyusui,tekan daerah areola diantara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI,lalu oleskan keseluruh putting dan areola agar kulit putting dan areola menjadi lemas dan merupakan obat antiinfeksi. Cara menyusui yang terbaik adalah jika ibu melepaskan penyongkong kedua payudara.
4.Susukan bayi sesuai kebutuhan dan tidak dijadwalkan sehingga kebutuhannya terpenuhi. Lakukan proses menyusui pada kedua payudara,yaitu bagian kiri dan kanan secara bergantian masing-masing minimum 15 menit. Mulailah selalu dari payudara yang terasa lebih padat atau payudara terakhir yang disusukan sebelumnya,berikan ASI sampi payudara terasa kosong.
5.Setelah selesai menyusui,oleskan ASI pada putting susu dan areola,seperti awal menyusui. Biarkan kering oleh udara sebelumnya memakai penyokong payudara. Langkah ini dapat dilakukan sambil menyangga dan menepuk-manepuk bayi untuk bersendawa.
2.3.7 Manfaat ASI
Merupakan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal sampai berusia 2 tahun. Adapaun manfaat pemberian ASI adalah:
1.Bagi bayi
· Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
· Mengandung antibody
· Asi mengandung komposisi yang tepat
· Mengurangi kejadian karies dentis
· Memberikan rasa nyaman aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi
· Terhindar dari alergi
· Asi meningkatkan kecerdasan bagi bayi
· Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2 Bagi ibu
· Sebagai aspek kontrasepsi
· Sebagai aspek kesehatan ibu
· Sebagai aspek penurunan berat badan dan
· Sebagai aspek psikologis
3. Bagi keluarga
· Sebagai aspek ekonomi
· Sebagai aspek psikologis dan
· Sebagai aspek kemudahan
4. Bagi Negara
· Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
· Menghemat devisa Negara
· Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
1. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Menyusui bayi secara tidak dijadwalkan (on demand),karena bayi akan menentukan kebutuhan sendiri. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam
2. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
Asi dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum merupakan cairan kental kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester III kehamilan. Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan.(Rizki Natalia wiji,2013)
2.3.8 Pembentukan dan persiapan ASI
Persiapan pemberian ASI dilakukan bersama dengan kehamilan pada
keehamilan payudara semakin padat karena retensi air,lemak serta
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak,seingga epitel yang lepas tidak munumpuk
2. putting susu ditarik-tarik setiap mandi,sehingga menonjol memudahkan isapan bayi
3. bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi
2.3.8.1 posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 2004)
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 2004)
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia,2004)
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)
Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)
Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)
2.3.8.2 Langkah-langkah menyusui yang benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)
Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak dibawah putting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)
Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)
2.3.8.3 Teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusui. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9.Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)
Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangkan Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep –konsep atau variabel – variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian (Notoatmojdo, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang upaya pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di klinik Chairani Harahap Am.keb RantauPrapat Tahun 2015 di bawah ini :
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis)
o Umur
o Pendidikan
o Pekerjaan
o Gravida
o Sumber informasi
Keterangan : kerangka konsep dalam penelitian ini tidak menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, yang kemungkinan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena ( Notoatmojdo,2012 ).
3.2.1 Pengetahuan Ibu Hamil
Pengetahuan adalah hasil tahu, ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) dalam kehamilan yang dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuisioner dan hasilnya di kategorikan dengan :
1. Baik,jika jawaban responden benar 21-30 ( 70%-100% )
2. Cukup,jika jawaban responden benar 11-20 ( 37%-67% )
3. Kurang,jika jawaban responden benar 0-10 ( 0%-33% )
Skalaukur : Ordinal
Alatukur : Kuisioner
3.2.2 Umur
Usia memepengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Rahmawati, 2008).
1.15-20 tahun
2. 21-25 tahun
3. 26-30 tahun
4. 31-35 tahun
Skala ukur : Interval
Alat ukur : Kuisioner
3.2.3. Pendidikan
Pendidikan adalah merupakan Jenjang pendidikan terakhir yang diselesaikan ibu hamil ditandai dengan ijazah.
1. Pendidikan dasar meliputi (SD-SMP)
2. Pendidikan menengah meliputi ( SMA, MA, SMK Sederajat )
3. Pendidikan Tinggi meliputi( Akademi, PerguruanTinggi )
( Depdiknas, 2003 ).
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuisioner
3.2.4 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas responden untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.
1. Pegawai Negri ( Bekerja)
2.Pegawai Swasta (Bekerja)
3. Wiraswasta (Bekerja)
4. Petani (Bekerja)
5. IRT (Tidak bekerja)
Skala ukur : Nominal
Alat ukur : Kuiesioner
3.2.5 Gravida
Gravida adalah jumlah kehamilan yang dialami seorang ibu dan akan melahirkan seorang anak baik hidup ataupun meninggal. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori :
Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas 4 bagian yaitu:
1.Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
2.Secundigravida adalah wanita yang hamil untuk kedua kalinya.
3.Multigravida adalah wanita yang hamil untuk ketiga kalinya.
4.Grandmultigravida adalah wanita yang hamil untuk kelima kalinya
Skala ukur : ordinal
Alat ukur : Kuisiner
3.2.6 Sumber Informasi
Sumber Informasi adalah informasi yang di peroleh ibu tentang
pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) di kategorikan dalam:
1. Ada
a. Ada meliputi Tenaga kesehatan ( Dokter, bidan, perawat )
b. Media masa meliputi ( Buku. Koran, Majalah )
c. Media elektronik meliputi ( Televisi, Radio, Internet ).
2. Tidak ada
Skala ukur : Nominal
Alat ukur : Kuesioner
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan tentang keadaan secara objektif mengenai pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) dalam kehamilan di klinik Chairani Harahap Am.Keb Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten LabuhanBatu Tahun 2015. (Notoatmodjo, 2012 )
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di klinik Chairani Harahap Am.Keb Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten LabuhanBatu Tahun 2015.
3.4.2 Waktu Penelitian
Adapun Waktu penelitian mulai bulan januari– juni 2015.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No
Uraian
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan judul
2.
Survey awal
3.
Izin penelitian
4.
Penyusunan proporsal
5.
Seminar proposal
6.
Perbaikan proposal
7.
Praktek Belajar Lapangan
8.
Pengumpulan data
9.
Pengolahan data
10.
Analisa data
11.
Sidang KTI
12.
Perbaikan KTI
13.
Penggandaan
14.
Yudisium
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Klinik Chairani Harahap Am.Keb pada bulan Januari-Maret tahun 2015 sebanyak 35 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan populasi yang ada yaitu sebanyak 35 orang ibu hamil (total sampling) di Klinik Chairani Harahap Am.Keb Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten LabuhanBatu tahun ( Notoatmodjo, 2012).
3.6 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder
3.6.1.1 Data primer
Data primer: Data yang diperoleh langsung dari responden melalui jawaban kuesioner maupun wawancara diklinik Chairani Harahap Am.Keb. Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten LabuhanBatu.
3.6.6.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kumpulan sumber dari catatan, media, laporandi klinik Chairani Harahap Am.Keb. Data sekunder juga dapat sebagai data penunjang atau penguat sebagai bukti kebeneran data tersebut.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data diambil dari klinik Chairani Harahap Am.Keb Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu yaitu dengan cara memberikan undangan kepada responden ( ibu hamil trimester l,ll,dan lll ) dengan maksud agar responden datang ke klinik bidan Chairani Harahap Am.Keb pada hari yang di tentukan dengan tujuan mengisi kuesioner dan memberikan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI
(mastitis) dilakukan setelah responden selesai mengisi kuesioner yang diberikan. Sebelum responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner, peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuesioner, dan responden diminta menandatangani kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner. Setelah kuesioner disebarkan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner serta meminta responden untuk menandatangani persetujuan menjadi responden
( informand consent ).
Setelah selesai menjawab seluruh pertanyaan, kuesioner , dikumpulkan kembali untuk diperiksa kelengkapan jawaban responden. Jawaban yang telah diisi seluruhnya secara langsung dikumpulkan. Sedangkan jika ada jawaban yang belum lengkap, responden diminta mengisi jawaban yang belum dijawab tersebut. Cara pembuatan kuesioner berdasarkan kisi-kisi soal yang berisikan tentang pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI ( mastitis).
3.7 Pengolahan dan Tehnik Analisa data
3.7.1 Pengelolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara manual
dengan langkah –langkah sebagai berikut :
1. Editing (pengeditan)
Pada langkah ini peneliti melakukan pengecekan terhadap kuesioner bertujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengelolahan data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang teliti.
2. Coding (pengkodean)
Pada langkah ini peneliti melakukan pengkodean dengan cara mengubah jawaban responden ke dalam bentuk angka, misalnya nama responden dirubah menjadi 1, 2, 3,.....30
3. Tabulating (table)
Untuk mempermudah analisis data serta mengambil kesimpulan, data, dimasukan ke dalam table di stribusi frekuensi, dan dihitung perensentasenya untuk setiap variabel yang diteliti.
4. Scoring (skor)
Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban responden yang ada dan memberikan skor yang akan diperoleh pada kuesioner, lalu pengelompokan sesuai kategori pengetahauan.( Notoatmojdo, 2010)
3.7.2 Tehnik Analisis Data
Dalam penlitian ini tehnik analisa data di sajikan dengan menggunakan table frekuensi dengan melihatkan presentasi data yang di kumpulkan lalu membahas hasil penelitian dengan menggunakan secara membandingkan dengan teori dan keputusan yang ada. Proses analisa pada penlitian ini adalah dengan melakukan tabulasi terhadap data yang masuk dalam kategor yang benar dan salah. Kemudian dilakukan scoring, Proses selanjutnya adalah apakah hasil scoring tersebut masuk dalam kategori: baik, cukup, dan kurang penelitian acuan patokan.
Peneliti mengumplkan data pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan terjadinya bendungan ASI (mastitis) dengan menggunakan kuesioner terbuka yaitu yang sudah di lengkapi dengan pilihan jawaban a, b, c, d kemudian di lakukan scoring.
Jumlah jawaban benar x100%
Jumlah soal
Menurut Arikunto( 2006 ) kategori nilai / skor adalah sebagai berikut :
1. Baik,jika jawaban responden benar 21 - 30 % ( 70%-100% )
2. Cukup,jika jawaban responden benar 11- 20 ( 37%-67% )
3. Kurang,jika jawaban responden benar 0-10 ( 0%-33% )
Setelah diperoleh kategori pengetahuan dari masing-masing responden, kemudian dilakukan presentase.
file:///E:/TESIS/PROPOSAL.htm
0 komentar:
Posting Komentar