SAAT HAMIL, kebutuhan gizi seorang wanita meningkat guna memenuhi kebutuhan janin yang sedang berkembang. Secara rinci, makanan pada wanita hamil dibutuhkan untuk :
  1. Pertumbuhan janin dalam kandungan
  2. Mempercepat penyembuhan luka-luka bekas persalinan
  3. Menumpuk cadangan dalam tubuh untuk digunakan ketika menyusui
  4. Menjaga kesehatan dan kekuatan badan ibu

View Post
ABSTRAK

viii+61 Hal+5 Diagram+4Tabel+ 9 Lamp

Partus Lama merupakan proses dimana ibu sulit melahirkan bayinya dikarenakan adanya beberapa faktor yang menyebabkan bayi lama di jalan lahir.Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari adanya tanda- tanda persalinan.
Partus Lama akan menyebabkan infeksi,kehabisan tenaga, dehidrasi, perdarahan,dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.Who menyatakan pada tahun 2005 , di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi sebesar 37% disebabkan akibat partus lama.
Penelitian ini Bersifat deskriptif bertujuan untuk mengetahui “ Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama Di Klinik Bersalin Hj.Nani S,AM. Keb Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015”. Dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan menggunakan tekhnik total sampling, variabel yang diteliti yaitu umur, pendidikan, paritas, dan pekerjaan.
Hasil penelitian yang didapat dari 40 ibu hamil yang ditemukan responden ibu hamil mayoritas responden berpengetahuan cukup pada kategori cukup sebanyak 18 ( 45%), dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (22,5%).
Dari hasil dan penelitian dapat di simpulkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang partus lama adalah kategori Cukup. Untuk itu diharapkan bagi para ibu hamil agar lebih peduli terhadap kesehatan pada kehamilan agar tidak terjadi bahaya pada saat persalinan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi.


Kata Kunci                    :  Ibu hamil - Partus Lama
Daftar Pustaka              : 13 (2005  - 2010)

_____________________________________________________________________________________________


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir.Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan.

Partus lama akan menyebabkan infeksi,kehabisan tenaga,dehidrasi pada ibu,kadang dapat terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu.Pada janin akan terjadi infeksi,cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi.

Angka kematian ibu (AKI) di dunia berdasarkan data Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun2009 didapatkan bahwa dalam setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan proseskehamilan dan persalinannya.(http://skripsipedia.host56.Com/tag/jurnal-kebidanan-hubungan-partus-lama-dengan-kejadian-asfiksia/).

Menurut World Health Organization(WHO) melaporkan pada tahun 2008 terdapat 536.000 wanita hamil meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di seluruh dunia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Sub-sahara Afrika 270/100.000 kelahiran hidup. Asia Tenggara 35/100.000. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2005, di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420/100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. 

Di Asia, jumlah kematian ibu diperkirakan telah menurun dari 315.000 ke 139.000 antara tahun 1990-2008, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), United Nations Children’s Fund (Unicef),yang United Nations Population Fund (UNFPA) dan Bank Dunia.Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN. Di Indonesia Angka Kematian Ibu berkisar 228 per 100.000 kelahiran. Sebagaimana dinyatakan oleh WHO melalui Laporan Kesehatan Dunia 2005 beberapa penyebab kematian ibu adalah partus lama (37%), perdarahan (25%), infeksi (13%), aborsi tidak aman (13%), eklampsia (12%).Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goal (MDG), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran.Partus Lama sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia dini atau lanjut, jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan terjadinya CPD (Chepalo PelvisDisproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran panggul yang kecil, riwayat persalinan jelek dan petugas kesehatan tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet yang menyebabkan tingginya risiko kematian bayi.

Partus Lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan post partum. http://www.bascommetro.com/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-partus.html

Menurut Depkes tahun 2010, ibu partus lama yang rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 176 dari 281.050 persalinan dan CFR ibu akibat partus lama 0,7%.Dari hasil penelitiandi RS Pemerintah Karachi tahun 2008-2009 diperoleh proporsi partus tak maju 2,6% yaitu 118 kasus dari 4.500 persalinan.Hasil penelitian Gessessew dan Mesfin di RS Adigrat Zona tahun 2005 diperoleh proporsi partus lama 3,3% yaitu 195 kasus dari 5.980 persalinan dan CFR ibu akibat partus lama 3,6%.(Depkes,2010)

Proporsi penyebab partus lama yaitu CPD 64,9%, presentasi abnormal 32,5%, abnormalitas pada janin 2,1% dan mioma 0,5%. Hasil penelitian Rusydi di RSUP Palembang tahun 2006-2007 diperoleh proporsi partus lama 3,3% yaitu 350 kasus dari 10.593 persalinan. Hasil penelitian di RSU Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara tahun 2009, di Tapanuli Utara diperoleh proporsi partus lama 14,1% yaitu 30 dari 73 kasus kedaruratan obstetri. Kasus kedaruratan obstetri di Deli Serdang diperoleh proporsi partus lama 56% yaitu 37 dari 66 kasus kedaruratan obstetri.Dari hasil penelitian Abdi di RSIA Badrul Aini Medan tahun 2005-2006 diperoleh proporsi partus lama 12,7% yaitu 411 kasus dari 3.225 persalinandan CFR bayi akibat partus lama 0,2%. ( http: // skripsipedia. host56. Com /tag / jurnal- kebidanan-hubungan-partus-lama-dengan- kejadian- asfiksia/)

Sementara itu, dari survey yang telah dilakukan peneliti di klinik bersalin Hj.Nani S.AM,Keb banyak terdapat ibu melahirkan yang mengalami partus lama hampir mencapai 70% dari kelahiran normal biasanya. Data tersebut diambil dari bulan Januari- Maret 2015.

Jumlah kematian ibu di labuhanbatu pada tahun 2012 sebesar 33 kasus kematian menurun tahun 2013 menjadi 16 kematian ibu maternal. Sementara itu jumlah kematian bayi di kabupaten labuhanbatu mengalami naik turun dari tahun 2009-2013. Jumlah kematian bayi tahun 2012 sebesar 94 orang,sedangkan tahun 2013 meningkat menjadi 102 orang.

(Dinkes L.batu 2013).

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2015 di Klinik Bersalin Hj.Nani S.AM. Keb di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu,Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang ibu hamil 5 diantara nya telah mengetahui tentang partus lama,sedangkan 5 orang tidak mengetahui apa itu partus lama.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan ibu hamil tentang partus lama di Klinik Bersalin Hj.Nani S,AM. Keb Kelurahan Padang BulanKecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.


1.2.Perumusan Masalah

Bagaimanakah Pengetahuan Ibu hamil Tentang Partus lama di klinik Bersalin Hj.Nani S.AM.Keb di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015?

1.3.Tujuan 
1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil tentang Partus Lama di Klinik Bersalin Hj.Nani S,AM.Keb di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 


1.3.2.Tujuan Khusus

a. .Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan Umur.

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lamaberdasarkan Pendidikan.

c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan Paritas.

d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan Pekerjaan.


1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1.Secara Teoritis

Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama masa pendidikan dan dari hasil penelitian dibidang kebidanan khususnya tentang Pengetahuan Ibu hamil Tentang Partus Lama di klinik Bersalin Hj.Nani S.AM,Keb.


1.4.2.Secara Praktis
1.4.2.1 Bagi Ibu Hamil

Memberikan Informasi kepada ibu hamil agar ibu hamil bisa mengetahui sedini mungkin tentang partus lamadi klinik Bersalin Hj.Nani S.AM.Keb di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015


1.4.2.2 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswi di perpustakaan Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhanbatu mengenai Partus Lama.


1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber bacaan dan bahan masukan bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai partus lama.


1.4.2.4 Bagi Tempat Penelitian

Untuk menambah wawasan dan sebagai informasi kepada para bidan dan penolong persalinan di Klinik Hj. Nani S, AM.Keb tentang penanganan partus lama pada ibu hamil di klinik tersebut.



_____________________________________________________________________________________________



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangkap Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnyaadalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti ( Notoatmodjo,2010 )

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang partus lama di kelurahan padang bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 adalah sebagai berikut :


Gambar 3.1


Variabel Bebas                                       variabel Terikat







Keterangan : kerangka konsep tidak menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat



3.2 Defenisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefenisikan Variabel secara Operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena ( Hidayat,2007).

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah pengetahuan ibu hamil tentang partus lama yang dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang di ajukan. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner, dan hasilnya dikategorikan dengan :

a. Baik : Jika jawaban responden benar 21 – 30 ( 68 – 100% )
b. Cukup : Jika jawaban responden benar 11 – 20 ( 34 – 67% )
c. Kurang : Jika jawaban responden benar 1 – 10 ( 0 – 33% )

Alat Ukur : Kuesioner 
Skala ukur : Ordinal

3.2.2 Umur

Umur adalahusia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir dilakukan penelitian dengan kategori :

Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori :

a. 17-21 tahun
b. 22-26 tahun
c. 27- 31 tahun
d. 32- 36 tahun
Skala ukur : Interval

3.2.3 Pendidikan 

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dilalui ibu hamil yang dapat dilihat dengan ijazah terakhir.

Alat ukur :Kuesioner
Skala ukur:Ordinal

1.Pendidikan dasar : (SD,SMP) Sederajat
2.Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat
3.Pendidikan Tinggi :DI, DIII,S1

3.2.4 Paritas

Jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik hidup maupun meninggal.
Diukur dengan menggunakan kategori:

1.Primipara : Kehamilan pertama
2.Scundipara : Kehamilan Kedua
3.Multipara : Kehamilan ke 3
4.Grandepara : Kehamilan ≥ 3

Skala Ukur : Ordinal
Alat Ukur : Kuesioner


3.2.5 Pekerjaan

Pekerjaan adalah Kegiatan atau kebiasan yang dilakukan ibu hamil setiap harinya baik yang menghasilkan pendapatan atau pun yang tidak menghasilkan pendapatan.

Alat Ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Nominal

a. Bekerja : Wiraswasta dan PNS
b. Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga

3.3 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian Deksriptif yaitu untuk menggambarkan pengetahuan ibu hamil tentang partus lama di Klinik Bersalin Hj.Nani S. AM.Keb Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi Penelitian yang dipilih adalah Klinik Bersaln Hj.Nani S.AM.Keb Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2015

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Hj.Nani S. AM.Keb Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu pada bulan Januari 2015 -Juli2015



3.5.Populasi dan Sampel
3.5.1Populasi


Populasi adalah Kumpulan objek yang menjadi objek penelitian.Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah semuaibu hamil yang datang Ke Klinik Hj. Nani S. AM,Keb Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu untuk memeriksakan kehamilan nya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Klinik Bersalin Hj. Nani S, AM. Keb di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu dari bulan Mei-Juni 2015 berjumlah 40 orang.


3.5.2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteristikyang dimiliki oleh populasi.(Aziz,2007). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 sampel dengan lama pengambilan sampel selama 2 minggu.

Maka cara pengambilan sampel adalah Total Sampling, karena keseluruhan populasi yang diteliti berjumlah 40 orang ibu hamil.


3.6 Jenis dan Alat Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data

a.Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh orangyang melakukan penelitian (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini data primer di dapatkan melalui kuesioner yang dibagi langsung kepada responden atau ibu hamil.

b.Data sekunder adalah data yang di dapat secara tidak langsung dari responden (Hidayat, 2007). Dalam hal ini data sekunder diperoleh peneliti dari Klinik Bersalin Hj. Nani, S. AM.Kebadalah data ibu hamil.

3.6.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Klinik bersalin Hj. Nani S. AM.Keb dikelurahan padang bulan kecamatan Rantauutara kabupaten labuhanbatu yaitu dengan cara membagikan kuisioner pada ibu hamil disaat pemeriksaan kehamilannya. Sebelum membagikan kuesioner responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan penelitian dan diminta kesediannya untuk dijadikan sampel penelitian. 

Selanjutnya responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah disediakan yang berjumlah 30 soal. Hasil jawaban dari kuesioner tersebut dikumpulkan pada saat itu juga. Pengumpulkan data dilakukan selama 2 minggu. Dimana dalam 1 minggu diambil 3 hari untuk melakukan penelitian.Penelitian ini dilakukan pada jam 15.00 - 18.00 WIB.Jika jumlah penelitian belum mencukupi sampel batas waktu yang di tentukan maka peneliti menmabah waktu penelitian menjadi 2 minggu.

3.7 Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah sebagai berikut :

1. Editing ( Pengeditan )
Pada langkah ini penelitian melakukan pengecekan kelengkapan yang telah terkumpul sehingga dapat memberikan hasil dan masalah yang diteliti.

2. Coding(Pengkodean)
Setelah data diperiksa kemudian memberikan kode tertentu di setiap responden sesuai dengan variabel yang diteliti,mengelompokannya untuk mempermudah pengelolaan data.

3. Scoring ( Pemberian skor )
Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban responden yang ada dan memberikan skor yang diperoleh pada kuesioner,lalu mengelompokan sesuai dengan kategori pengetahuan.

4.Tabulating (Tabulasi)
Untuk mempermudah analisis data serta mengambil kesimpulan.Data yang dimasukan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


3.7.2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini bersifat Deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden. Data yang terkumpul disajikan dengan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya presentasi untuk masing-masing jawaban responden.Analisa data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan keputusan yang ada,selanjutnya adalah apakah hasil tersebut masuk dalam kategori baik,cukup,atau kurang.Penetapan kategori ini adalah sebagai berikut :

Jumlah jawaban yang benar x 100
______________________________
Jumlah soal


a. Baik : Apabila mendapatkan nilai 68 – 100%, jika jawaban yang benar 21 – 30 soal.

b. Cukup : Apabila mendapatkan nilai 34 – 67%, jika jawaban yang benar 11 – 20 soal.

c. Kurang : Apabila mendapatkan nilai ≤33%, jika jawaban yang benar 1 – 10 soal.
View Post

HIV/AIDS

Pengertian HIV/AIDS
 
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS ( Ajen Dianawati, 2006).

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker menurun drastis (Ronald Hutapea, 2011).

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini lambat dan gejala – gejala AIDS rata – rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
(Nana Noviana, 2013 )

AIDS adalah sebuah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, artinya suatu gejala menurunnya system kekebalan tubuh seseorang memang pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan, seperti virus, kuman, dan penyakit lainnya. Jadi, sebenarnya AIDS ini hanyalah suatu gejala penyakit atau sindrom. Dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang, orang itu akan lebih mudah terserang berbagai penyakit tersebut (Ajen Dianawati, 2006).


Perjalanan HIV Menjadi AIDS Melalui cara sebagai berikut : 

a. setelah seseorang terinfeksi HIV, dalam waktu 2-3 bulan tubuhnya baru akan menghasilkan antibody. Masa ini disebut “periode jendela“, berdasarkan hasil tes darah yang dilakukan, barulah dapat diketahui seseorang tadi mengidap HIV positif (+) atau HIV negative (-). Disebut HIV (+) jika dalam darahnya terkandung HIV, disebut HIV (-) jika dalam darahnya tidak terkandung HIV. Kondisi HIV (+) dan HIV (-) disebut “status HIV seseorang”. Jika ternyata orang tersebut mengandung HIV (+), gejala yang terlihat belum ada, hanya merasakan sakit ringan biasa seperti flu. Masa-masa ini disebut “masa laten”, dapat berlangsung selama 7-10 tahun. Baik pada masa periode jendela maupun pasa masa laten, seseorang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

b. Setelah melewati masa laten, orang yang terinfeksi HIV tadi mulai memperlihatkan gejala-gejala AIDS. Maka, dapat diramalkan bahwa orang tersebut hanya dapat bertahan hidup selama 2 tahun, sejak didapatkan gejala-gejala AIDS.

HIV ini menyerang sel-sel darah putih dalam tubuh, sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi melemah. Padahal, fungsi sel darah putih adalah sebagai pelindung tubuh dari serangan luar, seperti kuman, virus, atau penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, sel darah putih berfungsi memproduksi zat antibodi untuk membasmi serangan-serangan dari luar tadi. Setiap penyakit akan memproduksi antibodi yang khas untuk penyakit tersebut. Bahkan sel darah putih mampu memproduksi antibodi yang dapat melindungi tubuh seumur hidup. (Ajen Dianawati, 2006)

Meskipun telah dilakukan berbagai percobaan untuk mengembangkan vaksin HIV ini, sampai detik ini belum dapat ditemukan pengobatan yang maksimal terhadap pencegahan HIV dan AIDS.


Masa Inkubasi HIV
Waktu antara HIV masuk ke dalam tubuh sampai gejala pertama AIDS disebut juga masa inkubasi HIV adalah bervariasi antara setengah tahun sampai lebih dari tujuh tahun. HIV ( antigen ) hanya dapat dideteksi dalam waktu singkat kira – kira setengah bulan sampai dengan 2,5 bulan sesudah HIV masuk tubuh. Untuk membantu menegakkan diagnosis pemeriksaan mencari HIV tidak dianjurkan karena mahal, memakan waktu lama dan hanya dapat ditemukan dalam waktu terbatas.

Tubuh memerlukan waktu untuk dapat menghasilkan antibody. Waktu ini rata – rata 2 bulan, ini berarti bahwa seseorang dalam infeksi HIV dalam 2 bulan pertama diagnosisnya belum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan penentuan antibody. Lama waktu 2 bulan ini disebut window period. ( Nana Noviana, 2013 ) 

Infeksi HIV

HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertical, horizontal dan transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi sistematik secara langsung dan diperantai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intake seperti yang terjadi kontak seksual. Begitu mencapai atau berada dalam sirkulasi sistematik, 4 – 11 hari sejak paparan pertama HIV dapat dideteksi di dalam darah ( Nana Noviana, 2013 ).


Penyebab AIDS 

AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang sampai sekarang belum dapat diketahui asal - asulnya. Kasus AIDS pertama kali dilaporkan dari pusat pengendalian penyakit atau Center For Disease Control (CDC), kasus-kasus AIDS ini semakin meningkat dengan pesat dan telah menyebar keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Laporan tentang kasus – kasus tersebut semakin menambah tantangan bagi dunia ilmu kedokteran, karena pengobatan untuk penyembuhan AIDS ini sampai sekarang belum dapat ditemukan. Jenis obat yang diberikan hanya untuk membantu seseorang memperpanjang sisa hidupnya, seperti AZT (azidothymidine). Namun jenis obat-obatan tersebut sangat mahal harganya karena harus diimpor dari luar negeri, sehingga penderita AIDS di Indonesia tidak mudah mendapatkannya. Padahal, obat-obatan tersebut harus diminum dalam dosis banyak.

Penularan AIDS dapat terjadi tidak hanya melalui hubungan seksual. Pemakaian jarum suntik yang tidak steril yang biasanya terjadi pada pengguna narkoba dan menerima transfusi darah yang sudah tercemar HIV juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini. Selain itu, penularan dapat juga terjadi dari ibu ke bayi yang dikandung, atau disusuinya (perinatal). 

HIV tidak menular melalui kontak sosial seperti :

a. Bersentuhan dengan pengidap HIV
b. Berjabat tangan dengan ODHA
c. Berciuman, bersih dan batuk
d. Melalui makanan dan minuman
e. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya
f. Berenang bersama ODHA di kolam renang

2. HIV mudah mati di luar tubuh karena terkena air panas, sabun dan bahan pencuci hama.

3. Cara hubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
a. Anogenital pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke lubang dubur pasangan.
b. Anogenital aktif. Penis masuk ke lubang dubur mitra seksual pengidap HIV
c. Genetalia - genetalia aktif. Penis masuk ke vagina mitra seksual pengidap HIV
d. Senggama terputus dengan mitra pengidap HIV dan AIDS
 
Gejala
Seorang dewasa dianggap menderita HIV jika menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV atau ditemukan sarcoma kaposi atau pneumonia yang mengancam jiwa berulang.

Gejala – gejala HIV/AIDS adalah :
1. Stadium awal infeksi HIV, gejala-gejalanya: 
a. Demam 
b. Kelelahan 
c. Nyeri sendi
d. Pembesaran kelenjer getah bening ( dileher,ketiak,lipatan paha ).

2. Stadium tanda gejala
Stadium dimana penderita tampak sehat,namun dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV.

3. Stadium ARC ( AIDS Related Complex ) dengan gejala
a. Demam > 38 derajad Celsius secara berkala/terus menerus 
b. Menurunnya berat badan > 10% dalam waktu 3 bulan 
c. Pembesaran kelenjer getah bening
d. Diare/mencret yang berkala/terus menerus dalam waktu yang lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas
e. Kelemahan tubuh yang menurun aktifitas fisik dan keringat malam

4. Stadium AIDS gejala – gejalanya.
a. Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi ( tampak bercak merah kebiruan dikulit )
b. Kanker kelenjer getah bening infeksi penyakit penyerta, misalnya: pneumonia yang disebabkan oleh pnemocystiscarinii ,TBC
c. Peradangan otak/selaput otak ( Anik Maryunani dkk 2009 ).


Penularan HIV/AIDS

Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina, dan serviks, serta cairan dalam otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali (Notoatmodjo, 2007) 

Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu: 

1. Secara transeksual ( homoseksual maupun heteroseksual )

Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina, terutama bila terjadi peningkatan jumlah limfosit dalam cairan, seperti pada keadaan peradangan genetalia misalnya uretritis, epidimitis, dan kelainan lain yang berhubungan dengan penyakit menular seksual. Hubungan seksual lewat anus adalah merupakan transmisi infeksi HIV yang lebih mudah karena pada anus hanya terdapat membran mukosa rectum yang tipis dan mudah robek, sehingga anus muda terjadi lesi, bila terjadi lesi maka akan memudahkan masuknya virus sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi.

2. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik. 

a. Transfusi darah/ produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadian di dunia. 

b. Pemakaian jarum yang tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Resiko kejadian mencapai 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia.

c. Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia. 

3. Secara vertical dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak.

Anak – anak terinfeksi HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, persalinan dan setelah melahirkan melalui pemberian air susu ibu ( ASI ). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5 – 10%, sewaktu persalinan 10 – 20%, dan saat pemberian ASI 10 –20%

Virus dapat ditemukan dalam ASI sehingga ASI merupakan perantara penularan HIV dari ibu ke bayi pasce-natal. Bila mungkin pemberian air susu oleh ibu yang terinfeksi sebaiknya dihindari ( Nana Noviana, 2013 ).



Diagnosis

Infeksi HIV dapat diperiksa dengan suatu tes darah yang disebut ELSA, singkatan dari enzyme linked immunosorbent assay. ELSA mendektesi adanya antibody terhadap HIV di dalam aliran darah, seseorang mulai membentuk antibody terhadap infeksi HIV lama sebelum menunjukan gejala-gejala dan bertahun-tahun sebelum sampai tahap AIDS. Sekalipun tes antibody tidak secara langsung menunjukan terdapatnya virus , suatu hasil tes yang positif ( dikatakan seropositif ) umumnya menandakan bahwa orang tuh telah tertular HIV dan bahwa imun tubuhnya telah menghasilkan antibody terhadap infeksi tersebut. Namun demikian terdapat sedikitnya satu pengecualian, semua bayi yang telah dilahirkan oleh ibu penyandang HIV pada permulaan akan menunjukan tes positif terhadap antibody HIV, sekalipun hanya sepertiga diantaranya yang sesungguhnya terinfeksi.

Hal ini karena antibody pada darah ibunya dapat menyeberang lewat plasenta kedalam darah bayi walaupun virusnya sendiri tidak turut, sedangkan suatu tes yang negative ( disebut seronegatif ) menunjukan bahwa tidak ada ditemukan antibody. Suatu tes darah yang lebih canggih tes western bolt ini menguji adanya pola khusus pada rantai protein yang khas bagi virus tersebut. Adanya antibody HIV tidak berarti atau memberi petunjuk bahwa seseorang yang tertular HIV akan memperoleh AIDS. Diagnosa AIDS menuntut adanya penyakit-penyakit indikator tertentu.


Contoh gambar orang penderita HIV/AIDS



Penanganan HIV/AIDS

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti, 2009): 

1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan yang penting. Oleh karena itu, setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A, B, C, D, E, yaitu: 

a. Abstinence
    yaitu tidak melakukan hubungan seksual. 
b. Be faithful
    yaitu selalu setia terhadap pasangan. 
c. Condom
    menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang tidak aman atau beresiko. 
d. Don’t inject
    tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur. 
e. Education
    selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza

Pencegahan penularan melalui darah. 

Pencegahan HIV melalui darah menuntut kita untuk selalu berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah atau produk darah dan plasma. 

3. Pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit. Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik, alat cukur, alat tindik, perlu diperhatikan dalam masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dalam pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan narkoba terutama yang disuntikkan sangat tidak dianjurkan. 

4. Pencegahan penularan melalui transfusi darah. 

Memastikan bahwa darah yang digunakan untuk tranfusi tidak tercemar oleh HIV dan perlu dianjurkan bagi penderita HIV atau pengidp virus HIV untuk tidak mendonorkan darahnya. Begitu pula bagi mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan juga pengguda narkoba suntik. 

5. Pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya. 

Resiko penularan HIV dari seorang ibu yang hamil dengan HIV (+) kepada bayi yang dikandungnya berkisar 30-40%. Resiko penularan tergantung dari kadar virus yang berada dalam tubuh ibu. Pada fase AIDS resiko penularan akan menjadi lebih besar, karena jumlah virus dalam darah semakin tinggi. Dengan pencegahan efektif resiko penularan dapat diturunkan sekitar 5-10%, yaitu dengan cara memberikan obat antiretroviral menjelang persalinan lewat operasi caesar dan tidak memberikan ASI ibu kepada bayinya. 


Pemberian Antiretrovirus

ART ( antiretrovirus ) direkomendasikan untuk semua ODHA penularan dapat diturunkan hingga 20% pada ODHA yang dalam terapi ART tujuan terapi ART untuk membantu meningkatkan perpanjangan kekebalan tubuh si penderita dan menurunkan kadar HIV serendah mungkin. Keuntungan pemberian ART ini harus di bandingkan dengan potensi toksisitas, teratogenesis dan efek samping jangka panjang, sayang sekali efek penelitian mengenai toksisitas dan efek samping jangka lama ART tersebut diduga akan meningkatkan pada pemberian kombinasi ART seperti efek teratogesis kombinasi ART, efek teratogenesis kombinasi ART anatagonis folat yang dilaporkan Junggman dkk.


Namun penelitian terakhir oleh Toumala skk menunjukan bahwa dibandingkan dengan monotrapi, terapi kombinasi ART tidak tidak menunjukan resiko.
View Post
ABSTRAK


viii+61 halaman + 4 diagram + 4 tabel + 13 lampiran

Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang memperlemah system kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan infeksi/mudah terkena penyakit. Tanda gejala HIV/AIDS berupa demam, dingin, keringat malam, diare dan kehilangan berat badan. Di Indonesia penderita terbanyak kasus HIV/AIDS yaitu daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Medan, Jawa Timur, Papua dan Bali. Sekitar 75% terjangkit HIV/AIDS pada usia remaja akibat pergaulan bebas. Dampak seks diluar nikah tidak saja berakibat kehamilan, tetapi juga penularan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015 Jenis penelitian adalah deskriptif. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari II. Jumlah sampel sebanyak 92 siswa dan teknik pengambilan sampel dengan cara Cluster Sampling. 

Hasil yang diperoleh responden yang berpengetahuan baik sebanyak 25 responden (27,17%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 40 responden (43,48%), responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 27 responden (29,35%). Berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup terdapat pada responden yang dikatagorikan remaja akhir (17-19 tahun) sebanyak 22 responden (23,91%), responden yang mendapatkan pengalaman mayoritas cukup sebanyak 26 responden (28,26%), responden yang mendapat sumber informasi mayoritas cukup sebanyak 27 responden (29,35%).

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa remaja di SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara adalah mayoritas berpengetahuan cukup namun masih ada remaja yang berpengetahuan kurang. Untuk itu diharapkan meluangkan waktu untuk mencari informasi tentang kesehatan khususnya tentang HIV/AIDS, bagi sekolah SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara Penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu bahan bacaan bagi siswa-siswi dan referensi di perpustakaan SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu


Kata Kunci : Pengetahuan-Remaja-HIV/AIDS
Daftar pustaka : 24 (2006-2013)

_____________________________________________________________________________




BAB I
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
     HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus / Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik. Obat dan Vaksin untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi (Depkes RI 2008).


Penyakit infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia Terdapat hampir keseluruh dunia tanpa kecuali Indonesia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi (Nasronudin, 2007).


Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi untuk kekebalan tubuh. Virus HIV ini ditemukan dalam darah, cairan sperma dan ASI ( Anik Maryunani dkk,2009).


AIDS (Acquired Immune Defesiency syndrom) merupakan kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir, jelasnya AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat tetapi di sebabkan oleh virus HIV.


Dari data tersebut terlihat bahwa penderita HIV/AIDS terbanyak berada pada usia produktif, dimana seharusnya masih bias untuk melakukan hal-hal yang positif. Pemerintah dalam hal ini kementerian kesehatan sudah banyak menghibau melalui media cetak maupun elektronik agar menjaga diri untuk tidak tertular atau menular penyakit mematikan ini ( Pudji,2012 ). 


Remaja Indonesia ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan untuk memperkuat gambaran adanya peningkatan resiko pada perilaku seksual kaum remaja yang mengindikasikan bahwa 5-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang beresiko. Selain itu penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro, 2006). 


Berdasarkan cara penularannya, seks bebas atau bergonta ganti pasangan masih menjadi nomor satu dalam menyumbang angka penderita HIV/AIDS. Sementara itu jika dilihat dari kelompok umur, kasus AIDS terjadi pada kelompok umur 18-29 tahun yakni sebesar 46,4%, disusul kelompok umur 30-39 tahun 31,5% dan kelompok umur 40-49 tahun 9,8% ( Pudji,2012).

Lebih dari 34 juta orang sekarang hidup dengan HIV/AIDS, 3,3 Juta di antaranya berada di bawah usia 15 tahun. Pada tahun 2011, sekitar 2,5 juta orang yang baru terinfeksi HIV. 330.000 berada di bawah usia 15 tahun. Setiap hari hampir 7.000 orang tertular HIV/AIDS pada tahun 2011, 1,7 juta orang meninggal karena AIDS. 230.000 dari mereka di bawah usia 15 tahun. Sejak awal epidemi, lebih dari 60 juta telah terinfeksi HIV dan hampir 30 juta telah meninggal terkait HIV (Dino Mansur,2012).


Selain disebabkan oleh perilaku seksual, HIV/AIDS bisa disebabkan oleh penggunaan narkoba suntik. Kemungkinan terjadinya peningkatan kejadian HIV/AIDS, khususnya pada remaja merupakan suatu ancaman sekaligus tantangan karena semakin banyaknya pengguna narkoba usia remaja. Di Indonesia, jumlah pengguna narkoba sekitar 35% adalah siswa SMA dan 30% siswa SMP. Kondisi ini juga berhubungan dengan jumlah penderita HIV/AIDS sekitar 80% adalah remaja usia 18-28 tahun (Rahayuwati, 2009). 


Menurut World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Beberapa Negara seperti Myanmar, Nepal dan Thailand menunjukkan Tren penurunan untuk infeksi baru HIV, hal ini dihubungkan salah satunya dengan diterapkannya program pencegahan HIV/AIDS melalui program Condom use 100 persen (CUP). Trend kematian yang disebabkan oleh AIDS antara tahun 2002 sampai 2011 berbeda disetiap bagian Negara. Di Eropa Timur dan Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800 menjadi 90.000, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 22.000 menjadi 35.000, di Asia Timur juga meningkat dari 24.000 menjadi 56.000 (WHO, Progress Report 2011).


Dari 3795 jumlah penderita HIV/AIDS tersebut 2853 diantaranya diderita laki-laki dan 942 lainnya perempuan. Sedangkan usia anak yang terinfeksi HIV/AIDS yakni 53 diantaranya mengidap HIV dan 16 lainnya AIDS dengan total penderita anak-anak mencapai 69 penderita. Sesuai data diatas, keprihatinan semakin meningkat dengan terjadinya peningkatan penularan HIV dikalangan resiko rendah yakni perempuan dan anak ( Pudhi,2012 ).


Menurut data dari Direktorat Jendral Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI hingga bulan Juni 2011, tercatat anak penderita HIV/AIDS terdapat 742 kasus. Dari angka ini terlihat peningkatan dua kali lebih tinggi di bandingkan tiga tahun sebelumnya, yang hanya 351 kasus. Sedangkan pada tahun 2012, kasus AIDS yang terjangkit pada perempuan ditemukan sebanyak 8.970 kasus. Pencegahan HIV/AIDS sedini mungkin tak hanya menurunkan jumlah penderita, tetapi juga turut membantu pemerintah mencapai Indonesia sehat (MDGS) di tahun 2015 ( Muhammad Hasid,2011 ).


Secara nasional jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Indonesia mencapai 26.483 kasus per juni 2012. Bahkan baru –baru ini kementerian kesehatan mengeluarkan data yang mengejutkan soal penderita HIV/AIDS. Di perkirakan sebanyak lebih dari 200.000 penduduk Indonesia menderita penyakit HIV/AIDS. Daerah penderita terbanyak di DKI Jakarta, Jawa Barat, Medan, Jawa Timur, Papua, dan Bali.


Berdasarkan data yang dihimpun dinas kesehatan Provinsi Sumatra Utara menyebutkan, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga tersebut mencapai 0,38 % penderita dan penularan pada perinatal atau ibu HIV ke anak sebesar 0,71% dan penderita remaja 6,1% dari data kasus HIVAIDS kumulatif dari Dinkes Provsu hingga september 2012 dari 26 kabupaten/kota berjumlah 3795 kasus dengan perincian HIV 1375 kasus dan AIDS 2420 kasus.


Di Kabupaten Labuhanbatu tercatat Januari sampai November 2013 tercatat Peningkatan kasus HIV/AIDS terjadi setiap tahunnya. Pengidap HIV/AIDS yang terdektesi adalah sebanyak 18 penderita HIV dan penderita AIDS sebanyak 7 penderita yang ditemukan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013 selanjutnya khusus pada tahun 2014 distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor resiko jenis kelamin dapat diketahui bahwa perbandingan kasus HIV/AIDS pada penduduk laki-laki dan perempuan terlihat perbedaan cukup bermakna dengan perbandingan 19 laki-laki berbanding dengan 6 perempuan, atas rasio kejadian HIV/AIDS sebesar 3:1 yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan selanjutnya sampai dengan tahun 2013 yaitu 25 kasus HIV/AIDS. Hal ini menunjukan penurunan dari tahun 2012 yaitu 32 kasus HIV/AIDS. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS tercatat tahun 2013 sebanyak 7 kasus dari 7 penderita AIDS. Penderita IMS tercatat 3.588 kasus (Dinkes Labuhanbatu).


Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2015 Di SMA Kemala Bhayangkari II Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu diperoleh data remaja 463 orang terdiri dari kelas X ,XI, XII. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa dari 10 remaja diketahui sebanyak 3 orang mengerti tentang HIV/AIDS dan 7 orang kurang mengerti tentang HIV/AIDS. 


Berdasarkan hasil survei di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Kemala Bhayangkari II Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015.






1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Kemala Bhayangkari II Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015”



1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Kemala Bhayangkari Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015.



1.3.2 Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa SMA Kemala Bhayangkari berdasarkan umur
  2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa SMA Kemala Bhayangkari berdasarkan pengalaman
  3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa SMA Kemala Bhayangkari berdasarkan sumber informasi




1.4. Manfaat Penelitian

       Adapun manfaat penelitian dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :


1.4.1 Manfaat Teoritis

     Untuk menambah dan meningkatkan wawasan atau pengetahuan sehingga peneliti mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.


1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan sebagai wadah dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama pendidikan, khususnya mengenai HIV/AIDS.


1.4.2.2. Bagi Remaja 

        Sebagai informasi kepada remaja untuk menambah wawasan lebih jauh tentang pengertian dan bahaya HIV/AIDS.


1.4.2.3. Bagi institusi Pendidikan

          Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhanbatu mengenai HIV/AIDS.


1.4.2.3 Bagi Sekolah SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara 
          Penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu bahan bacaan bagi siswa-siswi dan referensi di perpustakaan SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu

_____________________________________________________________________________


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. Kerangkap Konsep

   Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti ( Notoadmodjo, 2010 )

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah :




Bagan 3.1
Kerangka Konsep


      Variabel Bebas                                                           Variabel Terikat
(  variabel independen )                                              ( variabel dependen )


Keterangan  : kerangka konsep tidak menghubungkan variabel independen dan dependen.


3.2. Defenisi Operasional

   Defenisi Operasional bermanfaat untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel yang diamati/diteliti. Defenisi Operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :



3.2.1 Pengetahuan 
        Pengetahuan adalah pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang di ajukan. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner, dan hasilnya dikategorikan dengan :

a. Baik : Jika jawaban responden benar 21 – 30 ( 70 – 100% )
b. Cukup : Jika jawaban responden benar 11 – 20 ( 37 – 67% )
c. Kurang : Jika jawaban responden benar 1 – 10 ( > 33% )
Skala ukur : Ordinal


3.2.2 Umur
       Umur adalah usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori :

a. 14 – 16 tahun

b. 17 – 19 tahun

Skala ukur : Interval


3.2.3 Pengalaman 
       Suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori :

a. Ada
b. Tidak ada

Skala ukur : Nominal


3.2.4 Sumber Informasi
     Sumber informasi adalah pesan atau informasi yang diperoleh remaja tentang HIV/AIDS. Alat ukur yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori :

a. Ada
b. Tidak ada

Skala ukur : Nominal


3.3. Jenis Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.



1.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Kemala Bhayangkari ll Jl. Cik Ditiro Kompleks Polres Labuhanbatu Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu.



3.4.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Juni



3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi
      Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono,2010 ).

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Kemala Bhayangkari Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 yaitu sebanyak 463 orang.

3.5.2. Sampel
     Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan cara Cluster Sampling ( Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus ). Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel terdiri dari tiga kelompok yaitu kelas 1, 2 dan 3.

Jumlah populasi dalam masing – masing gugus/kelompok adalah :

a. Kelas 1 berjumlah : 232 siswa
b. kelas II berjumlah : 82 siswa
c. kelas III berjumlah : 149 siswa

Untuk mendapatkan besarnya sampel dari masing – masing gugus/kelompok digunakan rumus :

N
___________
1+(N.e2)

Keterangan :

N = Jumlah populasi dalam gugus/kelompok

n = Jumlah sampel 

20 % = ketentuan yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel

( Soekidjo Notoatmodjo, 2010 ) 


Jadi jumlah keseluruhan sampel yaitu : 46 + 16 + 30 = 92 siswa. 

Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana/ simple random sampling yaitu dengan cara lotre teknik atau undian.



3.6. Alat Pengumpulan Data
     Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan menggunakan pernyataan yang sudah dilengkapi dengan pilihan benar/salah untuk mempermudah responden dalam menjawab kuesioner.

Cara pembuatan kuesioner berdasarkan pada kisi – kisi soal yang berisikan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.


3.7. Jenis dan cara Pengumpulan Data
3.7.1 Jenis – jenis Data
     Pada dasarnya penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitian tidak akan terwujud dan penelitian tidak akan berjalan. Data dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Data primer 
   Data yang langsung di peroleh peneliti melalui wawancara dan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep teoritis yang terdiri dari 30 pertanyaan yang diisi oleh remaja SMA Kemala Bhayangkari II Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu.

2. Data Sekunder
  Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari objek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

Data sekunder dalam penelitian berupa data jumlah siswa yang didapatkan dari absensi.


3.7.2. Cara Pengumpulan Data
        Sebelum membagikan kuesioner terlebih dahulu peneliti akan meminta izin kepada kepala sekolah atau guru setelah itu meminta untuk mengumpulkan remaja diruang kelas kemudian menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan, setelah ada kesempatan dilanjutkan dengan penjelasan kuesioner serta meminta responden untuk mendatangani persetujuan menjadi responden ( Informed Consent ) kemudian kuesioner dibagikan kepada responden dan diberikan waktu selama 30 menit.

Setelah selesai menjawab seluruh pertanyaan, kuesioner dikumpulkan kembali untuk diperiksa kelengkapan jawaban responden, jawaban yang telah diisi seluruhnya secara langsung dikumpulkan. Sedangkan jika ada jawaban yang belum lengkap, responden diminta mengisi jawaban yang belum terjawab tersebut.


3.8 . Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
      Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah sebagai berikut 
1. Pengeditan ( Editting )
  Pada langkah ini peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul sehingga dapat memberikan hasil dan masalah yang diteliti.


2. Pengkodean ( Coding )

Setelah data diperiksa kemudian memberikan kode tertentu dari setiap jawaban responden sesuai dengan variabel yang diteliti, mengelompokannya untuk mempermudah pengelolaan data.

3. Pemberian Skor ( Scoring )
   Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban responden yang ada dan memberikan skor yang diperoleh pada kuesioner, lalu mengelompokan sesuai dengan kategori pengetahuan.

4. Pentabulasian ( Tabulating )
  Untuk mempermudah analisis data serta mengambil kesimpulan.data dimasukan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


3.8.2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden. Data yang terkumpul disajikan dengan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya presentasi untuk masing-masing jawaban responden. Analisa data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan keputusan yang ada, selanjutnya adalah apakah hasil tersebut masuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang. Penetapan kategori ini adalah sebagai berikut :

Jumlah Jawaban benar x 100 %
__________________________________
Jumlah soal

a. Baik : Apabila mendapatkan nilai 70 – 100%, jika jawaban yang benar 21 – 30 soal.

b. Cukup : Apabila mendapatkan nilai 37 – 67%, jika jawaban yang benar 11 – 20 soal.

c. Kurang : Apabila mendapatkan nilai >33%, jika jawaban yang benar 1 – 10 soal.
View Post